SOSIOLOGI KESEHATAN
Ruang Lingkup Sosiologi
Kesehatan
Perkembangan dan Klasifikasi
Sosiologi Kesehatan
Sosiologi kesehatan merupakan
cabang sosiologi yang relatif baru. Di masa lalu dalam sosiologi telah lama
dikenal cabang sosiologi, sosiologi medis, yang merupakan pendahulu sosiologi
kesehatan dan terkait erat dengannya. Pertumbuhan sosiologi medis berlangsung
melalui enam tahap.
Menurut
Mechanic tugas medis hanya dapat dilaksanakan secara efektif manakala yang
dipertimbangkan baik faktor biologis maupun faktor sosial dan psikologis. Mulai
dikajinya peran faktor sosial-budaya dalam keberhasilan pelaksanaan tugas medis
menjadi dasar bagi tumbuh dan berkembangnya sosiologi medis.
Straus membedakan antara
sosiologi mengenai bidang medis dan sosiologi dalam bidang medis. Menurutnya
sosiologi mengenai bidang medis terdiri atas kajian sosiologis terhadap faktor
di bidang medis yang dilaksanakan oleh ahli sosiologi yang menempati posisi
mandiri di luar bidang medis dan bertujuan mengembangkan sosiologi serta untuk
menguji prinsip dan teori sosiologi.
Menurut
Kendall dan Reader, sosiologi mengenai bidang medis mengulas masalah yang
menjadi perhatian sosiologi profesi dan sosiologi organisasi. Menurut Straus
sosiologi dalam bidang medis merupakan penelitian dan pengajaran bersama yang
sering melibatkan pengintegrasian konsep, teknik dan personalia dari berbagai
disiplin, dalam mana sosiologi digunakan sebagai pelengkap bidang medis.
Dalam
perkembangan selanjutnya perhatian sosiologi medis meluas ke berbagai masalah
kesehatan di luar bidang medis. Dengan demikian, berkembanglah bidang sosiologi
kesehatan. Para ahli pun membedakan antara sosiologi mengenai kesehatan dan
sosiologi dalam kesehatan.
Menurut
Wilson sosiologi mengenai kesehatan adalah pengamatan dan analisis dengan
mengambil jarak, yang terutama dimotivasi oleh suatu masalah sosiologi,
sedangkan sosiologi dalam kesehatan adalah penelitian dan pengajaran yang lebih
bercirikan keintiman, terapan dan kebersamaan yang terutama didorong oleh
adanya masalah kesehatan. Menurut Wolinsky orientasi para ahli sosiologi
kesehatan lebih tertuju pada masalah kesehatan, bukan pada masalah sosiologi
sehingga sosiologi kesehatan cenderung miskin teori.
Twaddle
merinci tujuh dimensi yang membedakan sosiologi kesehatan dengan sosiologi
medis. Menurutnya terjadinya pergeseranpergeseran dalam ketujuh dimensi
tersebut mengakibatkan bergesernya sosiologi medis menjadi sosiologi kesehatan.
Namun, sosiologi kesehatan merupakan bidang yang muda hingga kini bidang
sosiologi medis masih tetap dominan.
Pandangan Ilmu Sosial dan Budaya
Lainnya tentang Kesehatan
Masalah kesehatan dipelajari
pula oleh antropologi medis, suatu bidang ilmu sosial yang erat kaitannya
dengan sosiologi medis. Menurut Foster,
kedekatan kedua bidang tersebut bersumber pada dua hal. Namun, beberapa hal
khusus membedakan keduanya; ada tiga hal yang membedakan antropologi medis
dengan sosiologi medis. Foster menyebuntukan tiga faktor yang hanya dijumpai pada antropologi medis.
Foster dan
Anderson pun membedakan antara antropologi mengenai bidang medis dan
antropologi dalam bidang medis.
Antropologi
medis mempunyai suatu cabang yang dinamakan etnomedisin. Pandangan masyarakat
tradisional terhadap masalah psikiatri dan cara-cara mereka menanganinya
merupakan suatu pokok bahasan suatu cabang khusus dalam etnomedisin yang
dikenal dengan nama etnopsikiatri, psikiatri lintas budaya atau psikiatri
transkultural.
Masalah kesehatan dapat
ditinjau dari segi ilmu ekonomi kesehatan. Karena sumber daya jumlahnya
terbatas, sedangkan manusia mempunyai bermacam-macam keperluan maka terjadi
persaingan untuk memperoleh sumber daya yang dapat dialokasikan untuk keperluan
kesehatan. Masalah pengalokasian sumber daya ke dalam maupun di dalam bidang
kesehatan inilah yang dipelajari ekonomi kesehatan.
Bidang
hukum merupakan suatu bidang yang erat sangkut-pautnya dengan berbagai masalah
kesehatan yang dihadapi warga masyarakat. Ketentuan yang mengatur masalah
kesehatan kita jumpai di berbagai cabang ilmu hukum. Masalah kesehatan pun
mempunyai aspek-aspek yang menarik perhatian ahli ilmu politik.
Menurut
Davidoff dalam psikologi dikenal bidang psikologi kesehatan, yang
didefinisikannya sebagai sumbangan disiplin psikologi terhadap promosi dan
pemeliharaan kesehatan. Masalah kesehatan yang dikaji psikologi dapat terdiri
atas perilaku maupun proses mental.
Pandangan Sosiologi Mengenai
Kesehatan Dan Penyakit
Definisi Kesehatan dan
Penyakit
Wolinsky menjelaskan bahwa
bagi dokter simtom dan tanda penyakit merupakan bukti gangguan biologis pada
tubuh manusia yang memerlukan penanganan medis. Dari sudut pandang medis,
kesehatan ialah ketiadaan simtom dan tanda penyakit. Wolinsky selanjutnya
mengemukakan beberapa keberatan terhadap definisi kesehatan menurut kalangan
medis ini.
Definisi
medis ini lebih sempit daripada definisi WHO, yang mencakup baik kesejahteraan
fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-mata terbatas pada ketiadaan
penyakit ataupun kelesuan. Namun, menurut Mechanic definisi WHO ini sulit
dioperasionalisasikan untuk membedakan orang sehat dan orang sakit.
Konsep
kesehatan dengan cakupan luas kita jumpai pula dalam pandangan Blum. Blum
mengemukakan bahwa kesehatan manusia terdiri atas tiga unsur, yaitu kesehatan
somatik, kesehatan psikis, dan kesehatan sosial. Definisi yang menyerupai
definisi WHO kita jumpai dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Menurut
definisi Parson seseorang dianggap sehat manakala ia mempunyai kapasitas
optimum untuk melaksanakan peran dan tugas yang telah dipelajarinya melalui
proses sosialisasi, lepas dari soal apakah secara ilmu kesehatan ia sehat atau
tidak. Menurut Parson pula, kesehatan sosiologis seseorang bersifat relatif
karena tergantung pada peran yang dijalankannya dalam masyarakat.
Ternyata
definisi kesehatan yang mirip dengan ketiga macam definisi tersebut di atas
serupa kita jumpai pula di kalangan masyarakat. Menurut hasil penelitian di
Inggris di kalangan masyarakat awam pun dijumpai definisi negatif, definisi
fungsional, dan definisi positif.
Parson
memandang masalah kesehatan dari sudut pandang kesinambungan sistem sosial.
Dari sudut pandang ini tingkat kesehatan terlalu rendah atau tingkat penyakit
terlalu tinggi mengganggu berfungsinya sistem sosial karena gangguan kesehatan
menghalangi kemampuan anggota masyarakat untuk dapat melaksanakan peran
sosialnya. Selain mengganggu berfungsinya manusia sebagai suatu sistem
biologis, penyakit pun mengganggu penyesuaian pribadi dan sosial seseorang.
Masyarakat berkepentingan
terhadap pengendalian mortalitas dan morbiditas. Menurut Parson ini disebabkan
karena (1) penyakit mengganggu berfungsinya seseorang sebagai anggota
masyarakat dan (2) penyakit, apalagi kematian dini, merugikan kepentingan
masyarakat yang telah mengeluarkan biaya besar bagi kelahiran, pengasuhan dan
sosialisasi anggota masyarakat.
Dalam
pandangannya mengenai tubuh, Michel Foucault mengikuti teori
atau paham konstruksionisme yang bertentangan dengan teori
naturalis tubuh. Menurutnya, tubuh merupakan hasil konstruksi dari masyarakat.
Maksudnya, tubuh menerima makna dari masyarakat—jadi, tubuh adalah reseptor
makna, bukan generator/pelahir makna. Hal itu berarti bahwa sepanjang sejarah,
masyarakatlah yang menentukan bagaimana tubuh seharusnya diperlakukan,
dimaknai, dihargai, dst. Melalui diskursus yang sarat akan
proyek kekuasaan, tubuh telah dimanfaatkan, diubah,
ditransformasikan, didisiplinkan, dan dikontrol oleh masyarakat agar menjadi
tubuh yang taat (docile body).
Tentang
ketaatan dan kedisplinan tubuh, Foucault menjelaskan lebih lanjut melalui genealogi,
yaitu metode menelusuri asal-mula dan perkembangan dari sesuatu yang sekarang
ada.
Kasus pertama adalah sejarah atau asal-mula
kegilaan. Foucault menyatakan bahwa orang tertentu dianggap
gila pertama-tama bukan karena ia tidak mampu berpikir sehat dan menggunakan
tubuhnya dengan baik, melainkan karena masyarakat yang menentukan bagaimana
kriteria orang yang sehat. Kegilaan dianggap suatu penyimpangan, maka
disisihkan dari masyarakat.
Kasus kedua adalah tentang lembaga
pemasyarakatan atau penjara. Foucault menemukan bahwa penjara mempergunakan sistem panoptikon,
di mana para penjaga dapat mengawasi setiap gerak-gerik atau tingkah laku
narapidana. Nah, karena merasa terus-menerus diawasi, narapidana lalu membangun
kesadaran untuk menyensor dirinya sendiri (self-censored),
sehingga lama-kelamaan mereka mendisiplinkan diri sendiri, terlepas dari apakah
mereka tahu bahwa mereka benar-benar sedang diawasi atau tidak.
Dengan
demikian, pendisiplinan tubuh tidak selalu berkonotasi negatif, melainkan punya
dampak positif bagi stabilitas dan kontinuitas masyarakat.
Adapun kritik
besar atas konstruksionisme adalah teori ini mereduksi makna tubuh seolah-olah
tubuh hanya berurusan dengan struktur masyarakat, padahal tubuh “biologis” juga
memiliki peran tersendiri dan tidak bisa diabaikan.
Tipologi Sehat dan Perilaku
Sakit
Wolinsky membedakan delapan
macam keadaan sehat, yaitu (1) sehat secara normal, (2) pesimis, (3) sakit
secara sosial, (4) hipokondrik, (5) sakit secara medis, (6) martir, (7)
optimis, dan (8) sakit serius.
Anggota masyarakat yang
merasakan penyakit akan menampilkan perilaku sakit. Menurut Mechanic perilaku
sakit merupakan perilaku yang ada kaitannya dengan penyakit. Di bidang
sosiologi kesehatan dikenal pula konsep lain yang berkaitan, yaitu perilaku
upaya kesehatan.
Tanggapan
seseorang terhadap suatu penyakit ditentukan oleh berbagai faktor. Mechanic
menyebuntukan sepuluh faktor atau variabel yang mempengaruhi tanggapan baik si
penderita sakit sendiri maupun orang lain terhadap situasi sakit seseorang.
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut!
Scambler menawarkan suatu klasifikasi yang lebih singkat,
yang terdiri atas enam kategori.
Kesehatan Dan Penyakit Dari
Sudut Pandang Sosial
Pengertian dan Konsep Penyakit
Dalam sosiologi kesehatan
dikenal perbedaan antara konsep disease dan illness. Bagi Conrad dan Kern
disease merupakan gejala biofisiologi yang mempengaruhi tubuh. Menurut Field
disease adalah konsep medis mengenai keadaan tubuh tidak normal yang menurut
para ahli dapat diketahui dari tanda dan simtom tertentu. Sarwono merumuskan
disease sebagai gangguan fungsi fisiologis organisme sebagai akibat infeksi
atau tekanan lingkungan, baginya disease bersifat objektif.
Bagi Conrad
dan Kern illness adalah gejala sosial yang menyertai atau mengelilingi disease.
Bagi Field illness adalah perasaan pribadi seseorang yang merasa kesehatannya
terganggu. Sarwono merumuskan illness sebagai penilaian individu terhadap
pengalaman menderita penyakit; baginya maupun bagi Field illness bersifat
subjektif.
Muzaham
menerjemahkan istilah disease menjadi penyakit, dan illness menjadi
keadaan-sakit, sedangkan Sarwono pun menerjemahkan istilah disease menjadi
penyakit, tetapi menerjemahkan istilah illness menjadi sakit.
Dalam
setiap masyarakat dijumpai suatu sistem medis. Menurut definisi Foster, sistem
medis mencakup semua kepercayaan tentang usaha meningkatkan kesehatan dan
tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun keterampilan anggota kelompok yang
mendukung sistem tersebut. Foster mengidentifikasikan pula beberapa unsur
universal dalam berbagai sistem medis tersebut.
Penyakit
merupakan suatu produk budaya. Menurut Geest dalammasyarakat berbeda penyakit
dinyatakan secara berbeda, dijelaskan secara berbeda, dan dikonstruksikan
secara berbeda pula.
Kontruksi Sosial Mengenai
Penyakit
Sejumlah pengamat masalah
kesehatan mengemukakan bahwa penyakit merupakan konstruksi sosial. Contoh
mengenai penyakit sebagai konstruksi sosial ini antara lain disajikan oleh
Conrad dan Kern, yang membahas konstruksi sosial perempuan sebagai makhluk
lemah dan tidak rasional yang terkungkung oleh faktor khas keperempuanan
seperti organ reproduktif dan keadaan jiwa mereka, dan kecenderungan untuk
mengkonstruksikan sindrom pramenstruasi dan menopause sebagai gangguan
kesehatan yang memerlukan terapi khusus. Contoh berikut disajikan oleh
Diederiks, Joosten dan Vlaskamp, yang mengkhususkan pembahasan mereka pada
konstruksi sosial cacat fisik dan mental. Contoh lain disajikan oleh Brumberg,
yang membahas Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut! konstruksi sosial gejala anorexia nervosa di
kalangan perempuan Barat. Contoh terakhir bersumber pada tulisan Nijhof, yang
didasarkan pada otobiografi pengidap penyakit kronis.
Kesehatan Dan Faktor Sosial
Hubungan Kesehatan dengan Kelas
Sosial, Gaya Hidup, dan Jenis Kelamin
Penyakit tidak terdistribusi
secara merata di kalangan penduduk. Masalah kelompok mana yang menderita
penyakit apa merupakan bidang kajian yang dinamakan epidemiologi.
Data
dari berbagai negara memaparkan adanya hubungan antara kesehatan dan kelas
sosial. Perbedaan mortalitas antarkelas disebabkan oleh berbagai faktor,
seperti penyakit jantung isemia, kanker paru-paru, penyakit serebrovaskular,
bronkitis, kecelakaan kendaraan bermotor, pneumonia dan bunuh diri.
Meskipun
antara dua negara bagian AS yang bertetangga, Utah dan Nevada, tidak dijumpai
banyak perbedaan di bidang pendapatan per kapita, persentase penduduk yang tinggal
di perkotaan, jumlah dokter per 100.000 penduduk, rata-rata tingkat pendidikan
formal penduduk, struktur usia penduduk, komposisi ras, perbandingan laki-laki
dan perempuan serta lingkungan fisik, namun antara keduanya dijumpai perbedaan
mencolok di berbagai bidang kesehatan. Penjelasannya dicari pada perbedaan gaya
hidup penduduk kedua negara bagian tersebut. Dari kasus ini disimpulkan bahwa
tersedianya sarana kesehatan dan tingginya penghasilan tidak dengan sendirinya
menjamin kesehatan masyarakat.
Ketidaksamaan
distribusi morbiditas dan mortalitas kita jumpai pula antara laki-laki dan
perempuan. Salah satu faktor sosial yang terkait dengan perbedaan mortalitas
laki-laki dan perempuan perbedaan perilaku, antara lain disebabkan perbedaan
sosialisasi peran.
Merokok
yang mengakibatkan kerentanan terhadap berbagai penyakit tertentu merupakan
kebiasaan yang dalam banyak masyarakat lebih banyak dilakukan oleh kaum
laki-laki daripada oleh kaum perempuan. Hal yang sama berlaku bagi konsumsi
minuman keras.
Faktor
sosial lain yang menyebabkan perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan ialah
kenyataan bahwa laki-laki lebih sering melibatkan diri dalam berbagai kegiatan
yang berbahaya. Temuan menarik lain ialah adanya perbedaan mortalitas laki-laki
dan perempuan dalam angka bunuh diri. Dalam kasus tertentu faktor sosial justru
mengakibatkan mortalitas lebih tinggi di kalangan perempuan.
Hubungan Kesehatan dengan
Usaha dan Etnisitas
Masalah kesehatan penduduk
meningkat sejalan dengan meningkatnya usia. Orang usia lanjut biasanya
menderita penyakit degeneratif dan penyakit kronis. Mereka mempunyai angka
morbiditas tertinggi sehingga tuntutan akan pelayanan kesehatan meningkat pula.
Mereka semakin sulit mandiri dan semakin tergantung pada orang lain. Berbagai gangguan
kesehatan tidak teratasi karena faktor sosial, seperti ketidaktahuan dan faktor
ekonomi. Faktor sosial yang terkait dengan usia lanjut ialah ageism, suatu
sistem diskriminasi yang mengandung stereotip yang menggambarkan orang usia
lanjut sebagai orang yang sakit, miskin dan kesepian.
Data
dari berbagai masyarakat sering menunjukkan bahwa etnisitas atau ras warga
terkait dengan keadaan kesehatan mereka. Salah satu faktor yang menyebabkan
perbedaan kesehatan antara kelompok mayoritas etnik dan ras dengan kelompok
minoritas ialah kelas sosial.
Faktor
sosial yang diduga merupakan penyebab utama masalah kematian ialah kemiskinan
yang gawat, dan kelangkaan akses ke pelayanan kesehatan dasar. Upaya yang
disarankan ialah pengalihan upaya pencegahan maupun pengobatan dari rumah
sakit, klinik, dan ruang gawat darurat ke pelayanan langsung ke komunitas
berisiko paling tinggi, dan kampanye pendidikan intensif.
Temuan
lain yang menyangkut perbedaan distribusi penyakit antar-ras ialah hubungan
bahwa jumlah pemuda Kulit Putih yang dinyatakan tidak memenuhi syarat mengikuti
wajib militer karena alasan medis selalu lebih banyak daripada jumlah pemuda
Kulit Hitam. Perbedaan ini diduga disebabkan karena orang Kulit Putih lebih
mudah menjalankan peran sakit daripada orang Kulit Hitam.
Data
mengenai keadaan kesehatan kelompok-kelompok minoritas etnik yang menetap di
Inggris menunjukkan lebih tingginya prevalensi morbiditas dan mortalitas
tertentu di kalangan kelompok etnis tertentu daripada di kalangan penduduk
setempat.
Perbedaan
sistem medis antara kaum migran dan penduduk setempat pun merupakan salah satu
faktor yang menjadi penyebab perbedaan kesehatan.
Dokter dan Pasien
Kajian
awal terhadap hubungan dokter-pasien dalam sosiologi dipelopori Henderson. Di antara berbagai tema
sosiologi yang dikajinya kita jumpai tema konsep sistem dan sistem sosial serta
tema sosiologi medis. Pemikiran Henderson kemudian dikembangkan lebih lanjut
oleh Talcott Parsons, antara lain dalam tulisannya mengenai praktik medis
modern.
Salah
satu tulisan Parsons yang sangat berpengaruh dalam sosiologi kesehatan
dimuatnya dalam buku The Social System. Baginya praktik medis merupakan
mekanisme dalam sistem sosial untuk menanggulangi penyakit para anggota
masyarakat. Salah satu sumbangan pikiran penting Parsons bagi sosiologi ialah
lima pasangan variabel yang dinamakannya variabel pola.
Parsons
membahas pula peran sakit. Baginya sakit merupakan suatu peran sosial, dan
seseorang yang sakit mempunyai sejumlah hak maupun kewajiban sosial. Menurut
Parsons situasi seorang pasien ditandai oleh keadaan ketidakberdayaan dan
keperluan untuk ditolong, ketiadaan kompetensi teknis, dan keterlibatan
emosional.
Menurut
Parsons peran dokter terpusat pada tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan
pasien, yaitu mendorong penyembuhan penyakitnya dalam batas kemampuannya. Untuk
melaksanakan tanggung jawabnya ini dokter diharapkan untuk menguasai dan dan
menggunakan kompetensi teknis tinggi dalam ilmu kedokteran dan teknik-teknik
yang didasarkan kepadanya.
Untuk kepentingan
penyembuhan pasien, tidak jarang hubungan dokter-pasien melibatkan hal yang
bersifat sangat pribadi. Di samping kontak fisik dengan pasien dokter pun dapat
menanyakan hal sangat pribadi yang biasanya tidak diungkapkan kepada orang
lain. Sumber ketegangan lain yang dikemukakan Parsons ialah adanya
ketergantungan emosional pada dokter.
Pendekatan Teoritis dan Kajian
Empiris
Menurut pendekatan
interaksionisme simbolik baik dokter maupun pasien mempunyai gambaran mereka
sendiri mengenai kenyataan sosial, yang mempengaruhi interaksi di antara
mereka. Kajian interaksionisme simbolik terhadap hubungan dokter-pasien
menekankan pada kesenjangan dalam harapan dan kemungkinan terjadinya konflik.
Pandangan
Parsons mengenai peran sakit telah memperoleh tanggapan sejumlah ahli
sosiologi. Empat hal yang dipermasalahkan oleh para ahli sosiologi ialah tipe
penyakit, keanekaragaman dalam tanggapan individu dan kelompok, hubungan
petugas kesehatan dengan pasien, dan orientasi kelas menengah.
Sejalan
dengan perjalanan waktu mulai berkembang pekerjaan yang berhubungan dengan
bantuan kepada dokter dalam pelaksanaan tugasnya. Pekerjaan petugas kesehatan
non-dokter ini dalam literatur sering disebut sebagai paraprofesi. Ciri utama
yang membedakan status profesi dengan pekerjaan ialah ada-tidaknya otonomi.
Oleh karena petugas kesehatan non-dokter tidak memiliki otonomi profesional
melainkan didominasi dan dikendalikan oleh dokter maka pekerjaan mereka
digolongkan ke dalam okupasi, bukan profesi.
Perbedaan
lain antara kelompok paraprofesi dengan profesi dokter ialah bahwa pekerja
kesehatan non-dokter lebih responsif terhadap pasien dan lebih berorientasi
pada mereka daripada para dokter.
Perawat
merupakan paraprofesi yang paling dikenal. Sejarah pekerjaan perawat dapat dibagi
dalam dua periode: zaman sebelum dan sesudah Florence Nightingale. Sebelum
Florence Nightingale perawat dianggap sebagai pengganti ibu. Setelah itu,
Florence Nightingale mengubah citra perawat dari pengganti ibu menjadi perawat
profesional.
Kesehatan Dan Lingkungan
Kesehatan dan Lingkungan Fisik
Lingkungan mempunyai dampak
terhadap berbagai segi kehidupan masyarakat. Dalam membahas dampak lingkungan
terhadap kesehatan para ahli membedakan antara lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Dalam bencana buatan manusia umumnya masyarakat baru mulai memikirkan
langkah-langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mencegah terulangnya
peristiwa serupa setelah dampak negatif tersebut terwujud.
Suatu
masalah kesehatan lingkungan yang kini dihadapi masyarakat yang melaksanakan
industrialisasi ialah pencemaran air. Pemanfaatan air tercemar untuk kebutuhan
setiap hari mengakibatkan kematian dan berbagai penyakit.
Penurunan
kualitas udara karena pencemaran udara oleh gas atau debu dapat mengakibatkan
berbagai macam gangguan kesehatan. Pencemaran udara karena kebakaran hutan
telah membawa berbagai dampak negatif bagi kesehatan lingkungan. Penduduk
daerah perkotaan yang menghirup udara yang tercemar gas buang kendaraan
bermotor serta kotoran dan gas yang disalurkan melalui cerobong asap pabrik
menghadapi risiko terkena berbagai penyakit. Banyak warga masyarakat dalam
jangka waktu lama berada di ruang tertutup dengan udara yang didinginkan alat
penyejuk menghirup udara tercemar sehingga menghadapi risiko terkena berbagai
gangguan kesehatan, seperti asma.
Kesehatan
terancam pula oleh berbagai bentuk lain pencemaran lingkungan fisik. Lalu
lintas pun merupakan lingkungan fisik yang mempengaruhi kesehatan manusia.
Lingkungan fisik lain yang diidentifikasikan sebagai faktor penyebab gangguan
kesehatan ialah perumahan, hidup berkerumun dan kepadatan penduduk. Sering kali
berbagai jenis pencemaran terjadi secara bersamaan.
Kesehatan dan Lingkungan
Sosial
Gangguan kesehatan dapat
datang dari lingkungan sosial. Manusia sering hidup dalam lingkungan sosial
yang membuat mereka marah, frustrasi atau cemas, dan perasaan-perasaan demikian
dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan. House, Landis dan Umberson
mengemukakan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara hubungan
sosial dan kesehatan. Antara lain dikemukakan pada arti penting social support
bagi kesehatan.
Ancaman
lingkungan terhadap kesehatan ditanggapi warga masyarakat dengan berbagai ragam
reaksi. Ada yang bermigrasi ke kawasan lain. Ada pula warga masyarakat yang
berupaya menanggulanginya. Kesadaran ataupun kecurigaan warga masyarakat bahwa
lingkungan fisik mereka menyebabkan penyakit kemudian sering diikuti dengan
berbagai bentuk tindakan terhadap mereka yang dianggap bertanggung jawab.
Tindakan
terhadap organisasi yang mencemari kesehatan lingkungan fisik melibatkan
berbagai pihak, seperti community at risk, berbagai kelompok dan organisasi
lain yang peduli terhadap komunitas berisiko, dan pemerintah. Sasaran tindakan
komunitas berisiko beserta pendukung mereka ini umumnya terdiri atas perusahaan
milik negara ataupun swasta yang proses produksi atau distribusinya
membahayakan kesehatan karyawannya atau lingkungan sekitarnya atau yang
memproduksi atau mengedarkan produk yang dianggap membahayakan kesehatan
konsumennya. Tindakan dapat pula ditujukan pada instalasi yang direncanakan
akan dibangun karena dikhawatirkan akan dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan.
Tindakan
memperjuangkan kesehatan lingkungan tersebut ada yang berbentuk perilaku
kolektif dan ada yang berbentuk gerakan sosial. Pihak yang dituntut biasanya
akan menempuh berbagai upaya hukum maupun politik untuk mempertahankan
kepentingan ekonominya atau bahkan untuk melakukan tuntutan balik.
Upaya Kesehatan
Upaya Kesehatan Kuratif,
Preventif dan Promotif
Di negara dengan sistem
pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya kuratif mulai berkembang
berbagai kritik terhadap sistem tersebut. Para pengkritik menyarankan agar
sistem pelayanan kesehatan beralih ke upaya preventif dan perawatan penderita
penyakit kronis. Di samping kedua macam upaya tersebut di atas kita menjumpai
pula upaya promosi kesehatan.
Dalam
upaya pencegahan medis dibedakan tiga jenjang intervensi klinis, yaitu
pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tertier. Ada pembedaan
antara tiga jenjang pencegahan, yaitu pencegahan pada jenjang medis, pencegahan
pada jenjang perilaku, dan pencegahan pada jenjang struktur.
Upaya Preventif : Kasus
HIV/AIDS
HIV merupakan sejenis virus
yang ditularkan dari seseorang ke orang lain melalui pertukaran darah atau
cairan tubuh. Oleh karena mengakibatkan defisiensi pada ketahanan tubuh manusia
maka virus ini diberi nama HIV. Adanya berbagai penyakit tertentu merupakan
sindrom yang menjadi indikasi bahwa orang dengan HIV telah mengidap apa yang
dinamakan penyakit AIDS.
Oleh
karena HIV/AIDS merupakan PMS maka yang paling rentan terhadap infeksi HIV/AIDS
maupun PMS lain ialah orang yang terlibat dalam perilaku risiko tinggi yaitu
mereka yang sering berganti pasangan seks tanpa menggunakan alat pelindung.
Selain melalui hubungan seks, yang merupakan cara penularan dominan, dan maka
infeksi HIV/AIDS dapat pula terjadi melalui cara-cara lain, seperti infeksi
janin dalam kandungan orang dengan HIV/AIDS; infeksi intravena; prosedur tindak
medis invasif; kontak dengan darah atau cairan tubuh orang dengan HIV/AIDS.
Mengingat
bahwa infeksi HIV/AIDS cenderung terjadi di kalangan orang yang berperilaku
risiko tinggi maka perilaku dan gaya hidup inilah yang menjadi sasaran intervensi
upaya pencegahan. Di kalangan para pemerhati masalah HIV/AIDS dikenal apa yang
dinamakan rumus ABC: abstinence (abstinensi), be faithful (setialah), dan
kondom (condom). Pencegahan dilakukan dengan kegiatan yang biasanya dinamakan
KIE (komunikasi, informasi, edukasi). Kegiatan KIE bertujuan mengubah perilaku,
pengetahuan, sikap, dan keyakinan warga masyarakat.
Upaya
intervensi perilaku tidak terbatas pada orang yang berperilaku risiko tinggi
melainkan mencakup pula berbagai kalangan masyarakat. Berbagai program KIE
mengenai HIV/AIDS yang dijumpai dalam masyarakat lain dan kini telah mulai
dilaksanakan dalam masyarakat kita ialah intervensi kelompok risiko tinggi,
program pendidikan di tempat kerja, program pendidikan kesehatan di sekolah,
intervensi komunitas, intervensi melalui media massa.
Intervensi
di bidang struktur sosial diarahkan pada perubahan struktur sosial, sistem sosial, dan
lingkungan melalui perundangundangan dan kebijakan. Penanggulangan masalah seks
komersial yang menjadi sumber penyebaran PMS dan HIV/AIDS menuntut adanya
intervensi struktural, bukan hanya intervensi perilaku.
Dalam
upaya promosi kesehatan dijumpai dua pendekatan, yaitu pendekatan individual
dan pendekatan struktural. Dari strategi komprehensif promosi kesehatan yang
dirumuskan WHO nampak bahwa badan dunia ini menganut pendekatan struktural.
Dari perumusan tujuan utama Departemen Kesehatan serta strategi untuk
mewujudkannya dapat kita simpulkan bahwa yang kita anut ialah baik pendekatan
individual maupun struktural.
Sistem Medis Alternatif
Makna dan Pengertian Sistem
Alternatif
Dalam berbagai masyarakat kita
menjumpai lebih dari satu sistem medis. Ada sistem medis yang berkembang dalam
masyarakat Barat dan yang oleh para ahli diberi berbagai nama. Di luar itu, ada
sistem medis masyarakat non-Barat yang oleh orang Barat dinamakan sistem medis
primitif, non-Barat, tradisional, rakyat (folk medicine), pribumi, non- Untuk
memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut! ilmiah. Dalam sistem pelayanan kesehatan kita yang dinamakan
pengobatan tradisional ialah upaya pengobatan atau perawatan di luar ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan.
Kleinman
membuat klasifikasi dengan membedakan tiga macam pelayanan medis lokal (local
health care systems), yaitu sistem pelayanan kesehatan populer (popular),
sistem pelayanan kesehatan rakyat (folk), dan pelayanan kesehatan profesional
yang berorientasi ke biomedisa Barat.
Salah
satu bentuk sistem medis alternatif, menurut Conrad dan Kern, terdiri atas
berbagai bentuk kegiatan yang berpusat pada komunitas berupa sistem medis yang
bersifat swadaya dengan menekankan pada pertolongan pada diri sendiri maupun
perawatan diri sendiri.
Menurut
Aakster istilah alternatif mengacu pada sistem medis di luar metode normal yang
berlaku dengan beberapa ciri yang membedakannya dengan sistem medis modern,
seperti biayanya tidak dijamin asuransi kesehatan, metodenya tidak diajarkan di
perguruan tinggi, metodenya didasarkan pada pandangan lain mengenai penyakit
dan pandangan lain mengenai hubungan antara tenaga kesehatan dengan penderita
penyakit.
Aakster
membedakan beberapa tipe sistem medis alternatif, yaitu yang memakai metode
diagnosis atau perawatan yang menyimpang, yang mempunyai pandangan menyimpang
mengenai penyakit, yang mempunyai gambaran menyimpang mengenai penyakit atau
manusia, dan sistem medis Timur.
Salah
satu sistem medis alternatif faith healing, yaitu penggabungan penyembuhan
dengan keyakinan pada kekuatan adikodrati. Ada yang menggabungkannya dengan
ilmu kesehatan modern, dan yang melakukannya secara mandiri.
Menurut
Wallis penelitian telah menemukan adanya hubungan antara keyakinan agama dan
kesehatan, namun di kalangan para ahli masih belum ada kesepakatan mengenai
faktor penyebab adanya hubungan tersebut. Pun masih belum ada kesepakatan
apakah dari berbagai temuan penelitian tersebut dapat dibuat generalisasi.
Pemanfaatan Sistem Medis
Alternatif
Para ahli menyebuntukan
berbagai alasan mengapa sistem medis alternatif tumbuh dan berkembang. Disebuntukan
bahwa sistem medis alternatif dinilai lebih baik daripada sistem medis
konvensional; adanya kesadaran bahwa sistem medis konvensional pun mempunyai
keterbatasan; biaya sistem medis alternatif lebih murah daripada biaya sistem
medis konvensional.
Menurut
Kalangie dalam menghadapi sistem medis berbeda warga masyarakat menerapkan
hierarchy of resort in curative practices, yaitu pilihan tertentu yang sering
berurutan. Untuk gangguan tidak dianggap serius orang berpaling ke pengobatan
atau perawatan di rumah; bila ini tidak berhasil, orang berpaling ke penyembuh
tradisional; bila gagal, orang berpaling ke sistem medis modern.
Kemungkinan
lain adalah bahwa orang berpaling dari perawatan di rumah ke ilmu kesehatan
modern, namun tidak memperoleh hasil yang diharapkan sehingga berpaling ke
upaya tradisional.
Kalangie
mengidentifikasikan lima faktor yang mendasari keputusan seseorang untuk
memilih suatu sistem medis tertentu, yaitu gambaran mengenai kegawatan
penyakit, pengalaman di masa lalu dengan berbagai sistem medis, pengetahuan dan
keterampilan terapeutik dalam keluarga dan nasihat pihak lain, biaya komparatif
sistem medis berbeda; dan kenyamanan relatif dan ketersediaan sistem medis.
Pertumbuhan
dan penyebarluasan sistem medis alternatif dalam masyarakat Barat ada yang
berlangsung melalui suatu proses gerakan sosial untuk mengubah struktur perawatan
medis yang kemudian menghasilkan pelembagaan berbagai sistem medis alternatif
tersebut.
Bayangkan saja dari gejalanya tentu anda bagi penderita penyakit hernia ingin sembuh, yu kita bahas tentang pengobatan penyakit hernia dengan Ace Maxs yang mampu mencegah dan mengobati dengan cepat, aman, dan tidak mengandung efek samping.
BalasHapusObat Penyakit Hernia