KAJIAN SOSIOLOGI KESEHATAN
BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Salah satu permsalahan kependudukan terbesar yang
dihadapi pemerintah hingga saat ini adalah permasalahan kesehatan (Human
Healt). Nampaknya permasalahan ini bukan hanya dihadapi oleh bangsa inbdonesia
semata, namun permasalahan kesehatan kini telah menjadi isu global, sehingga
dalam konteks permasalahan global ini, tidak ada lagi bentuk dikotomi negara atau
negara-negara yang menganggap dirinya tergolong ke dalam kelompok atau kesatuan
negara negara maju, negara berkembang, ataupun kelompok negara terbelakang,
karena masalah kesehatan merupakan PR bersama bagi seluruh negara di seantero
jagad raya ini, yang secara tidak langsung selalu dan selalu menuntut untuk
segera dituntaskan.
Kasus penyakit HIV dan AIDS salah satunya. Penyakit
yang mematikan ini telah merambah keseluruh penjuru dunia, padahal konon
bencana ini hanya terdapat dan bersal dari tanah Urganda, sebuah daerah kecil
di benua Afrika. Beberapa media menyebutkan, bahwa persentase penderita dan
pengidap penyakit ini setiap tahunnya terus mengalami peningkatan yang drastis
dan tak pandang bulu. Terutama dikota-kota besar dan negara-negara maju dan berkembang,
khususnya lagi negara-negara liberalis yang memberikan kebebasan terhadap
hubungan seks, baik itu hubungan lain jenis hingga hubungan dengan jenis yang
samam (homo seks)
HIV-AIDS merupakan bencana besar yang sewaktu-waktu
bisa menyerang siapapun dan dimanapun, sehingga permasalahan tersebut dianggap
sebagai momok yang sangat menakutkan dan misterius, karena diasumsikan
bahwasanya hingga saat ini belum ada faksin yang efektif untuk dapat
menganggulangi dan menyembuhkan penyakit tersebut. Berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah, bahkan badan kesehatan dunia pun juga ikut ambil andil
dalam menuntaskan masalah ini. Mulai dari bentuk seminar, penyluhan-penyluhan,
penertiban tempat-tempat lokalisasi, hingga ditetapkannya hari anti HIV-AIDS
sedunia dengan segala refleksinya seperti bermunculannya organisasi-organisasi
sosial yang berlandaskan misi penanggulangan HIV-AIDS. Namun langkah dan
upaya-upaya yang dilakukan tersebut menuai hasil yang stagnan dan bahkan jauh
dari target yang diharapkan, hal itu dikarenakan dengan sikap masyarakat yang
tidak begitu resfek dan mendukung dengan kesadarannya dalam menyikapi masalah
tersebut.
Tentunya HIV-AIDS tidak lagi tanggung jawab
prseorangan ataupun instansi terkait semata, namun permasalahan tersebut telah
menjadi PR kita bersama yang menuntut untuk segera dituntaskan, terutama sekali
bagi kita-kita yang betul-betul sadar akan ancaman bencana tersebut, meskipun
secara prediktif kita tidak bisa memusnahkan secara total pencemaran virus
tersebut, akan tetapi paling tidak kita mampu memberikan penyadaran terhadap
masyarakat untuk bisa menghindarkan diri dari HIV-AIDS.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana respon masyrakat
mengenai HIV dan AIDS, terutama sekali ketika ada diantara mereka yang
terjangkit HIV-AIDS.
2. Bagaimana kontribusi dunia
medis terhadap pencegahan dan penularan penyakit HIV-AIDS, khususnya dalam
memberikan solusi pencegahan melalui alat-alat kontrasepsi.
3. Bagaimam pandangan agama
terhadap HIV-AIDS
BAB II. PEMBAHASAN
A. Diskriminasi Terhadap Individu Pengidap HIV Dan Pasien AIDS
Salah satu sifat yang melekat pada diri masyarakat adalah adanya rasa saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, tak ubahnya seperangkat komponen organisme tubuh yang saling melengkapi satu sama lainnya karena bersifat komplementer, jika salah satu dari organ tersebut tidak berfungsi dengan optimal, maka komponen atau organ yang lain pula tidak akan berfungsi dengan baik, sehingga setiap orang memilki hak untuk berinteraksi dan medapatkan relasi dari sesamanya.
Namun terkadang suatu penyakit yang diderita seseorang jusrtru menjadi ancaman dan penghalang yang dapat membatasi mereka dalam bergaul dan berinteraksi dengan sesamanya, terlebih penyakit yang dideritanya itu merupakan penyakit yang mematikan, menjijikan, menular dan akut, sehingga dapat berdapak negatif terhadap orang yang ada disekitasrnya, terutama yang dekat dan bergaul dengannya.
Salah satunya HIV-AIDS, belakangan ini penyakit yang mematikan dan menular ini menjadi sesuatu ancaman yang dianggap sangat berbahaya bagi masyarakat umumnya. Di samping itu juga, penyakit ini dalam frame berfikir masyarakat dianggap sebagai kutukan atau azab terhadap penderitanya, karena dalam asumsi masyarakat, penyakit ini timbul sebagai akibat dari perbuatan negatif dan dan asusila yang melanggar nilai dan norma yang ada pada masyarakat, seperti : pergaulan bebas, mengkonsumsi narkotika, dan minuman keras yang selama ini dianggap sebagai sesuatu yang tabu dalam pemikiran dan keseharian masyarakat, sehingga secara otomatis si penderita atau individu yang mengidap penyakit ini akan terkucilkan dari masyarakat sekitarnya, bahkan saat penderita telah tidak bernyawapun masih menjadi buah bibir masyarakat, serta terkadang orang merasa enggan untuk mengurus jenazahnya karena masyarakat masih merasa takut akan tertular. Meskipun terkadang ada yang merasa simpati terhadap hal tersebut, namun terkadang juga simpati itu hanya datang dari orang terdekatnya dan orang-orang yag mengerti tentang seluk-beluk dan asal muasal penyakit tersebut.
B. Pengetahuan Ibu-Ibu Rumah Tangga Tentang AIDS
Baru-baru ini dalam salah satu media telah diberitakan, bahwasanya orang-orang yang beresiko terkena penyakit atau virus AIDS bukan hanya orang-orang yang sering melakukan seks bebas/ gonta-ganti pasangan seks yang dalam bahasa perselingkuhannya di istilahkan jajan di luaran rumah atau orang-orang yang sering bergantian dalam memakai jarum suntik NARKOBA. Namun ternyata hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, ibu-ibu rumah tangga yang lugu dan 24 jam waktunya dituangkan hanya untuk megurus rumah tangga, anak dan suaminya pun beresiko tinggi terkena dan tertular virus AIDS.
Betapa tidak, memang pada dasarnya kemungkinan seorang ibu rumah tangga untuk terkena AIDS sangat minim sekali, bahkan secara pemikiran bodoh kitapun akan berkata tidak mungkin untuk terjadinya hal tersebut. Namun fakta sebagai hasil survei membuktikan bahwasanya ibu-ibu rumah tangga sangat bereesiko tinggi terjangkit virus AIDS. Hal itu dikarenakan beberapa alasan yang cukup fundamental yakni :
Pertama suami terkadang merasa tidak terpuaskan dengan pelayanan yang diberikan oleh istri di rumah, sehingga mereka memilih untuk mencari kepuasan di luar, meskipun terkadang si suami tidak tau dan tidak mau peduli apakah pasangan mainnya itu adalalah orang yang bukan pengidap AIDS, karena umumnya untuk melampiaskan nafsu liarnya tersebut, suami lebih memilih tempat-tempat pelacuran karena alasan lebih terjamin kerahsiaanya dari istri dirumah, para pelacur lebih berpengalaman mengenai berbagai macam gaya seks yang cendrung akan memuaskannya, dan tentunuya lebih murah dan lebih mudah didapatkan. Dengan demikian, tanpa disadari si suami telah terjangkit oleh virus AIDS, sehingga secara tidak langsung ketika suami pulang ke rumah dan berhubungan intim dengan istrinya, maka si istripun akan terinveksi oleh virus AIDS
Kedua, alat kontrsepsi yang digunkan tidak begitu diperhatikan efektifitas dan seterilisasinya, seperti kondom yang bisa saja bocor sewaktu digunakan oleh si suami yang terjangkit virus AIDS.* Menurut penelitian, ternyata serat kondom masih lebih besar dari pada ukuran virus AIDS, sehingga sangat potensial sekali untuk menembus dan menular kedalam janin dan tentunya si istri. Disamping itu juga, kontrasepsi yang berbentuk cair dan menggunakan jarum suntik juga berpeluang besar untuk menularkan segala bentuk penyakit, termasuk virus AIDS. Dan lain sebagainya.
Dari statemen diatas, dapat kita ketahui bahwa betapa minimnya pengetahuan ibu-ibu rumah tangga tentang virus AIDS, yang terkadang lugu dan tanpa dosapun masih harus menanggung penderitaan seperti itu. Terlebih para ibu rumah tangga di desa-desa yang ditinggal suaminya merantau menjadi TKI ke luar negri. Pada dasarnya mungkin memang mereka kurang mendapatkan informasi dan perlu mendapatkan sebentuk penyuluhan agar mereka bisa mendapatkan sedikit pengenalan terhadap AIDS itu sendiri, sehingga paling tidak mereka bisa mengenal dan tahu langkah-langkah untuk menghindari hal tersebut. Berbeda halnya mungkin dengan wanita-wanita karir yang cendrung lebih aktif di luar, sehingga akses terhadap informasi-informasi seperti itu lebih cepat dan mudah diserap.
C. Praktik-Praktik Medis Yang Berhubungan Dengan Penularan HIV
Menurut asumsi sebagian orang, tenaga medis sudah bukan lagi merupakan teknis pengobatan yang efektif dalam mengatasi masalah penyakit, bahkan justru dengan perkembangan dunia medis yang kini semakin canggih membuat manusia semakin lemah tidak berdaya dan terancam keberadaannya. Betapa tidak, pencemaran tanah dan air sebagian besarnya disumbangkan oleh limbah-limbah kimia yang berasal dari dunia medis yang justru lebih berbahaya dibandingkan dengan limbah-limabah industri atau yang lainnya.*
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya di atas, bahwasanya medis juga selain dapat menyembuhkan penyakit, namun disamping itu dapat membuat mikro organisme yang negatif semakin berkembang biak. Praktik-praktik pengobatan yang dilakukan, tanpa disadari justru membawa bencana besar bagi umat manusia. Misalnya saja, ketika dokter atau perawat menyuntikkan faksin atau obat anti biotik kedalam tubuh pasienya, terkadang banyak diantara mereka yang lengah, karena tanpa mengetahui terlebih dahulu atau melakukan pengujian diagnosa terhadap status pasienya, apakah termasuk pengidap HIV atau tidak. Dengan kelengahanya tersebut sering juga jarum suntik yang telah digunkan beberapa kali akan tetapi tidak disterilkan terlebih dahulu atau tidak diganti dengan jarum yang lain sebelum digunakan pada pasien yang lain, digunakan pula pada pasien lain. Padahal mereka tahu bahwa penularan HIV dapat juga melalui jarum suntik.
D. AIDS Menurut Pandangan Agama
Indonesia merupakan negara dengan masyarakat mayoritas pemeluk agama islam, dengan segala bentuk syariat dan aliran kepercayaan yang ada. Akan tetapi ketika kita berbicara konteks AIDS dan negara indonesia yang kaya akan agama dan aliran kepercayaan, tentunya kita tidak bisa menjusmen bahwasanya agama kristen, budha, hindu dan konghucu memiliki pandangan yang sama dengan agama islam mengenai AIDS. Bagi agama islam, AIDS bila dilihat dari suber terjadinya, merupakan sebentuk azab yang diturunkan kepada mahluk atau hamba, khususnya manusia yang kufur dan ingkar terhadap larangan-larangan tuhan seperti berzina, minum-minuman keras dan lain sebagainya.
Dalam pandangan sumber islam, penyakit ini pertama kali diturunkan dahulu pada masa kaum Nabi Luth yang melakukan penyimpangan terhadap kodrat tuhan yakni dengan melakukan hubungan seks dengan sesama jenisnya karena mereke merasa tidak puas denag lain jenis, sehingga sama jenis menjadi sesuatu yang populer pada masa itu. Melihat fenomena tersebut, kemarahan tuhan diluapkan melalui diturunkannya azab, sehingga samppai saat ini penyakit tersebut masih ada dan menjangkit masyarakat.
E. Kondomisasi Dalam Penanggulanagn AIDS
Dijelaskan sebelumnya, bahwa salah satu sumber dan media penularan AIDS ini adalah melalui hubungan seks yang dilakukan antara pasangan lain jenis ataupun sama jenis, entah itu dalam konteks suami istri maupun pasangan diluar nikah atau pergaulan bebas yang dilakukan sengaja atau tidak oleh salah satu dari pasangan yang pada dasarnya mengidap AIDS.
Menyikapi hal tersebut, saat ini salah satu upaya yang dianggap efektif untuk menanggulangi penularan AIDS yang ditularkan melalui hubungan intim yang dilakukan pasangan seks adalah Kondom, khususnya suami istri pasangan yang sudah berkeluarga, karena jika tertular bukan hanya mereka saja yang akan terinfeksi, namun keturunanyapun akan ikut terkena oleh virus ini.
Untuk itu, maka tidak heran kalu kita melihat banyak kondom yang beredar luas di masyarakat, dan bahkan sampai ada artis yang membagikan kondom kepada masyarakat luas. Padahal dari upaya itu, ada efek negatif lain yang akan ditimbulkan. Misalnya saja, makin maraknya remaja dan para pemuda yang memanfaatkan kondom untuk melampiaskan nafsu birahi mereka melalui pergaulan bebas.
Disamping itu juga, di atas telah dipaparkan bahwasanya dari hasil penelitian, kondom tidak begitu efektif dalam mencegah penularan virus AIDS. Karena pada dasarnya serat yang kain yang digunakan sebagai bahan kondom tersebut ternyata lebih besar dari mikro organisme atau virus AIDS yang dapat menular. Sehingga peluang untuk menularnya virus AIDS masih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, Edy. 2003. AZAB TAK TERSEMBUHKAN (Bahaya Miras, Narkoba, Rokok, dan Aids). SIC.
Saefudin, Lalu. 2008. Makalah Seminar Global Warming . WALHI. Mataram.
Sumaatmaja, Nursid dan Wihardit, Kuswaya. 2007. Perspektif Global. Universitas Terbuka. Jakarta
Kartono, Kartini. 1985. Patologi Sosial 1. CV. Rajawali. Jakarta
Husain, Fadly. 2008. Hand Out Dan Materi Perkuliahan Sosiologi Kesehtan.
Salah satu sifat yang melekat pada diri masyarakat adalah adanya rasa saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, tak ubahnya seperangkat komponen organisme tubuh yang saling melengkapi satu sama lainnya karena bersifat komplementer, jika salah satu dari organ tersebut tidak berfungsi dengan optimal, maka komponen atau organ yang lain pula tidak akan berfungsi dengan baik, sehingga setiap orang memilki hak untuk berinteraksi dan medapatkan relasi dari sesamanya.
Namun terkadang suatu penyakit yang diderita seseorang jusrtru menjadi ancaman dan penghalang yang dapat membatasi mereka dalam bergaul dan berinteraksi dengan sesamanya, terlebih penyakit yang dideritanya itu merupakan penyakit yang mematikan, menjijikan, menular dan akut, sehingga dapat berdapak negatif terhadap orang yang ada disekitasrnya, terutama yang dekat dan bergaul dengannya.
Salah satunya HIV-AIDS, belakangan ini penyakit yang mematikan dan menular ini menjadi sesuatu ancaman yang dianggap sangat berbahaya bagi masyarakat umumnya. Di samping itu juga, penyakit ini dalam frame berfikir masyarakat dianggap sebagai kutukan atau azab terhadap penderitanya, karena dalam asumsi masyarakat, penyakit ini timbul sebagai akibat dari perbuatan negatif dan dan asusila yang melanggar nilai dan norma yang ada pada masyarakat, seperti : pergaulan bebas, mengkonsumsi narkotika, dan minuman keras yang selama ini dianggap sebagai sesuatu yang tabu dalam pemikiran dan keseharian masyarakat, sehingga secara otomatis si penderita atau individu yang mengidap penyakit ini akan terkucilkan dari masyarakat sekitarnya, bahkan saat penderita telah tidak bernyawapun masih menjadi buah bibir masyarakat, serta terkadang orang merasa enggan untuk mengurus jenazahnya karena masyarakat masih merasa takut akan tertular. Meskipun terkadang ada yang merasa simpati terhadap hal tersebut, namun terkadang juga simpati itu hanya datang dari orang terdekatnya dan orang-orang yag mengerti tentang seluk-beluk dan asal muasal penyakit tersebut.
B. Pengetahuan Ibu-Ibu Rumah Tangga Tentang AIDS
Baru-baru ini dalam salah satu media telah diberitakan, bahwasanya orang-orang yang beresiko terkena penyakit atau virus AIDS bukan hanya orang-orang yang sering melakukan seks bebas/ gonta-ganti pasangan seks yang dalam bahasa perselingkuhannya di istilahkan jajan di luaran rumah atau orang-orang yang sering bergantian dalam memakai jarum suntik NARKOBA. Namun ternyata hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, ibu-ibu rumah tangga yang lugu dan 24 jam waktunya dituangkan hanya untuk megurus rumah tangga, anak dan suaminya pun beresiko tinggi terkena dan tertular virus AIDS.
Betapa tidak, memang pada dasarnya kemungkinan seorang ibu rumah tangga untuk terkena AIDS sangat minim sekali, bahkan secara pemikiran bodoh kitapun akan berkata tidak mungkin untuk terjadinya hal tersebut. Namun fakta sebagai hasil survei membuktikan bahwasanya ibu-ibu rumah tangga sangat bereesiko tinggi terjangkit virus AIDS. Hal itu dikarenakan beberapa alasan yang cukup fundamental yakni :
Pertama suami terkadang merasa tidak terpuaskan dengan pelayanan yang diberikan oleh istri di rumah, sehingga mereka memilih untuk mencari kepuasan di luar, meskipun terkadang si suami tidak tau dan tidak mau peduli apakah pasangan mainnya itu adalalah orang yang bukan pengidap AIDS, karena umumnya untuk melampiaskan nafsu liarnya tersebut, suami lebih memilih tempat-tempat pelacuran karena alasan lebih terjamin kerahsiaanya dari istri dirumah, para pelacur lebih berpengalaman mengenai berbagai macam gaya seks yang cendrung akan memuaskannya, dan tentunuya lebih murah dan lebih mudah didapatkan. Dengan demikian, tanpa disadari si suami telah terjangkit oleh virus AIDS, sehingga secara tidak langsung ketika suami pulang ke rumah dan berhubungan intim dengan istrinya, maka si istripun akan terinveksi oleh virus AIDS
Kedua, alat kontrsepsi yang digunkan tidak begitu diperhatikan efektifitas dan seterilisasinya, seperti kondom yang bisa saja bocor sewaktu digunakan oleh si suami yang terjangkit virus AIDS.* Menurut penelitian, ternyata serat kondom masih lebih besar dari pada ukuran virus AIDS, sehingga sangat potensial sekali untuk menembus dan menular kedalam janin dan tentunya si istri. Disamping itu juga, kontrasepsi yang berbentuk cair dan menggunakan jarum suntik juga berpeluang besar untuk menularkan segala bentuk penyakit, termasuk virus AIDS. Dan lain sebagainya.
Dari statemen diatas, dapat kita ketahui bahwa betapa minimnya pengetahuan ibu-ibu rumah tangga tentang virus AIDS, yang terkadang lugu dan tanpa dosapun masih harus menanggung penderitaan seperti itu. Terlebih para ibu rumah tangga di desa-desa yang ditinggal suaminya merantau menjadi TKI ke luar negri. Pada dasarnya mungkin memang mereka kurang mendapatkan informasi dan perlu mendapatkan sebentuk penyuluhan agar mereka bisa mendapatkan sedikit pengenalan terhadap AIDS itu sendiri, sehingga paling tidak mereka bisa mengenal dan tahu langkah-langkah untuk menghindari hal tersebut. Berbeda halnya mungkin dengan wanita-wanita karir yang cendrung lebih aktif di luar, sehingga akses terhadap informasi-informasi seperti itu lebih cepat dan mudah diserap.
C. Praktik-Praktik Medis Yang Berhubungan Dengan Penularan HIV
Menurut asumsi sebagian orang, tenaga medis sudah bukan lagi merupakan teknis pengobatan yang efektif dalam mengatasi masalah penyakit, bahkan justru dengan perkembangan dunia medis yang kini semakin canggih membuat manusia semakin lemah tidak berdaya dan terancam keberadaannya. Betapa tidak, pencemaran tanah dan air sebagian besarnya disumbangkan oleh limbah-limbah kimia yang berasal dari dunia medis yang justru lebih berbahaya dibandingkan dengan limbah-limabah industri atau yang lainnya.*
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya di atas, bahwasanya medis juga selain dapat menyembuhkan penyakit, namun disamping itu dapat membuat mikro organisme yang negatif semakin berkembang biak. Praktik-praktik pengobatan yang dilakukan, tanpa disadari justru membawa bencana besar bagi umat manusia. Misalnya saja, ketika dokter atau perawat menyuntikkan faksin atau obat anti biotik kedalam tubuh pasienya, terkadang banyak diantara mereka yang lengah, karena tanpa mengetahui terlebih dahulu atau melakukan pengujian diagnosa terhadap status pasienya, apakah termasuk pengidap HIV atau tidak. Dengan kelengahanya tersebut sering juga jarum suntik yang telah digunkan beberapa kali akan tetapi tidak disterilkan terlebih dahulu atau tidak diganti dengan jarum yang lain sebelum digunakan pada pasien yang lain, digunakan pula pada pasien lain. Padahal mereka tahu bahwa penularan HIV dapat juga melalui jarum suntik.
D. AIDS Menurut Pandangan Agama
Indonesia merupakan negara dengan masyarakat mayoritas pemeluk agama islam, dengan segala bentuk syariat dan aliran kepercayaan yang ada. Akan tetapi ketika kita berbicara konteks AIDS dan negara indonesia yang kaya akan agama dan aliran kepercayaan, tentunya kita tidak bisa menjusmen bahwasanya agama kristen, budha, hindu dan konghucu memiliki pandangan yang sama dengan agama islam mengenai AIDS. Bagi agama islam, AIDS bila dilihat dari suber terjadinya, merupakan sebentuk azab yang diturunkan kepada mahluk atau hamba, khususnya manusia yang kufur dan ingkar terhadap larangan-larangan tuhan seperti berzina, minum-minuman keras dan lain sebagainya.
Dalam pandangan sumber islam, penyakit ini pertama kali diturunkan dahulu pada masa kaum Nabi Luth yang melakukan penyimpangan terhadap kodrat tuhan yakni dengan melakukan hubungan seks dengan sesama jenisnya karena mereke merasa tidak puas denag lain jenis, sehingga sama jenis menjadi sesuatu yang populer pada masa itu. Melihat fenomena tersebut, kemarahan tuhan diluapkan melalui diturunkannya azab, sehingga samppai saat ini penyakit tersebut masih ada dan menjangkit masyarakat.
E. Kondomisasi Dalam Penanggulanagn AIDS
Dijelaskan sebelumnya, bahwa salah satu sumber dan media penularan AIDS ini adalah melalui hubungan seks yang dilakukan antara pasangan lain jenis ataupun sama jenis, entah itu dalam konteks suami istri maupun pasangan diluar nikah atau pergaulan bebas yang dilakukan sengaja atau tidak oleh salah satu dari pasangan yang pada dasarnya mengidap AIDS.
Menyikapi hal tersebut, saat ini salah satu upaya yang dianggap efektif untuk menanggulangi penularan AIDS yang ditularkan melalui hubungan intim yang dilakukan pasangan seks adalah Kondom, khususnya suami istri pasangan yang sudah berkeluarga, karena jika tertular bukan hanya mereka saja yang akan terinfeksi, namun keturunanyapun akan ikut terkena oleh virus ini.
Untuk itu, maka tidak heran kalu kita melihat banyak kondom yang beredar luas di masyarakat, dan bahkan sampai ada artis yang membagikan kondom kepada masyarakat luas. Padahal dari upaya itu, ada efek negatif lain yang akan ditimbulkan. Misalnya saja, makin maraknya remaja dan para pemuda yang memanfaatkan kondom untuk melampiaskan nafsu birahi mereka melalui pergaulan bebas.
Disamping itu juga, di atas telah dipaparkan bahwasanya dari hasil penelitian, kondom tidak begitu efektif dalam mencegah penularan virus AIDS. Karena pada dasarnya serat yang kain yang digunakan sebagai bahan kondom tersebut ternyata lebih besar dari mikro organisme atau virus AIDS yang dapat menular. Sehingga peluang untuk menularnya virus AIDS masih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, Edy. 2003. AZAB TAK TERSEMBUHKAN (Bahaya Miras, Narkoba, Rokok, dan Aids). SIC.
Saefudin, Lalu. 2008. Makalah Seminar Global Warming . WALHI. Mataram.
Sumaatmaja, Nursid dan Wihardit, Kuswaya. 2007. Perspektif Global. Universitas Terbuka. Jakarta
Kartono, Kartini. 1985. Patologi Sosial 1. CV. Rajawali. Jakarta
Husain, Fadly. 2008. Hand Out Dan Materi Perkuliahan Sosiologi Kesehtan.
Komentar
Posting Komentar